ICC Mass Homily 02/18/2024: Why Do We Have Lent?
By Romo Redempt Jawa, CSsR
Bible readings for the Mass: Genesis 9:8-15, 1 Peter 3:18-22, and Mark 1:12-15
On the 7th of January, I celebrated Christmas with the Indonesian Catholic Community in Chicago. We had Mass, Indonesian foods, and exchanged Christmas gifts. After the celebration, a family with their three children and I visited the nearby immigrant shelter. We stopped at one shelter, said hello, and shared Christmas joy with some people. After spending some time, we returned to the car and drove back home.
Once we got into the car, the six-year-old boy asked, “Why did we do that? Why did we go to say hi to the immigrants?” His mom quickly responded, saying we did that because those people didn’t have families and friends around here to share Christmas joy with them. And that question, “Why did we do that?” kept ringing in my ears for some days and made me think about my reasons for going to the immigrant shelter.
Bapa/Ibu/Saudara/Saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Hari Minggu ini kita memasuki minggu pertama masa Prapaskah, dan dari bacaan-bacaan suci yang kita dengar tadi, kita juga boleh bertanya, “Mengapa Allah membuat perjanjian dengan Nuh dan anak-anaknya? Mengapa Kristus harus menderita dan wafat di salib? Mengapa Tuhan Yesus tinggal di padang gurun selama 40 hari sebelum memulai karyaNya?”
Kita juga boleh bertanya kepada diri sendiri, “Mengapa saya beriman pada Kristus di dalam dunia yang modern ini? Mengapa saya masih datang ke Misa hari Minggu di komunitas sore ini? Mengapa kita terlibat dalam kegiatan dan kepengurusan ICC-Dallas? Mengapa kita berpuasa selama 40 hari ke depan?” Dan berbagai pertanyaan lainnya….
Saudara-Saudariku,
Merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini, khususnya “Why did we do that? Kenapa kita harus berpuasa?” – kita diajak untuk menyambut masa Prapaskah ini sebagai kesempatan berahmat untuk mendekatkan diri kita dengan Tuhan, mengenal dan mengalami Tuhan yang selalu beserta kita.
Lent is an invitation to us to take the courageous step of “going into the desert” of our lives and allowing our strengths, gifts, our sin, difficulties and wounds to come to the surface, present them before the Lord, and allow the Lord to enable them to be fruitful and healed. Lent is a time when we ask God to remember us, heal us, and make us whole again as his sons and daughters, as a husband and wife, as a Christian family, as his disciples.
Tuhan telah menyediakan kesempatan berahmat ini karena the Lord sees that each of us has the potential to change. He gives us a second chance to return to him to reconcile with Him and one another. Masa Prapaskah adalah masa penuh Rahmat dan Allah ingin berikan Rahmat itu kepada setiap kita dalam masa Prapaskah tanpa peduli siapa dan apapun kondisi hidup kita. Seperti kita dengar dalam bacaan pertama, Allah mengadakan perjanjian dengan Nuh dan anak-anaknya karena Allah peduli dan ingin agar mereka dan keturunan mereka, dan juga kita semua, untuk hidup dan selamat.
Saudara/Saudariku yang terkasih,
Merenungkan pertanyaan, “Why did we do that? Why do we have Lenten season?” – kita diingatkan akan satu aspek utama dalam hidup kemuridan kita, yaitu: Kesediaan. Kesediaan sebagai murid Kristus berarti kemampuan untuk mengikuti dan mengimani Kristus dan bersaksi tentang InjilNya dalam waktu yang baik dan yang tidak diharapkan. Kesediaan kita bermula dari kesediaan Allah sendiri yang hendak berkarya menghadirkan belas kasihNya, dimulai dengan 40 hari di padang gurun dan berlanjut dengan peristiwa kematian dan kebangkitan Putera tunggalNya, Tuhan Yesus Kristus. Kesedian ini bisa terjadi dan menjadi bagian hidup iman kita kalau Allah, Tuhan kita Yesus Kristus, menjadi pusat dan sumber kehidupan; kalau kita selalu dalam kesatuan dengan Tuhan Yesus.
Kesediaan kita dalam masa Prapaskah ini untuk berpuasa, berdoa dan beramal bukan pertama-tama karena kita bisa dan cocok dengan latihan hidup Rohani kita, tapi sesungguhnya sebagai jawaban kita akan kesediaan Allah menjumpai dan bersatu dengan kita. Namun kesediaan Allah ini tidak hanya berhenti pada diri kita sendiri. Masa Prapaskah adalah kesempatan bagi kita untuk bersatu dengan Kristus dan kesediaan diutus untuk berbagi dan bersaksi.
Salah satu jalan bagi kita untuk berbagi dan bersaksi adalah dengan keterlibatan kita dalam kegiatan dan kepengurusan komunitas kita, ICC DFW. Misalnya keterlibatan dalam kepengurusan sebagai Ketua. Saya dengar masa kepemimpinan Rubi akan segera berakhir, dan saya mengajak semua anggota ICC agar ramai-ramai menyatakan kesediaan anda untuk mencalonkan diri. Saya sangat yakin banyak alasan mendasar untuk mengatakan tidak, tetapi iman dan kesediaan kita tidak berjalan dan berbuah tanpa adanya pengorbanan waktu, tenaga, dan materi.
My brothers and sister,
As we gather in this Church to celebrate the Eucharist, we experience and receive God’s availability to meet us in His Words and to give us His life, His own body and blood, which we will receive in the communion. This is the source of our discipleship and faith journey in order to be available to God: to have time with the Lord, to listen to Him, and to receive His blessings, particularly through celebrating sacraments in the Church. With the Lord as the source of our life, then we can be truly available to others to enter into others’ lives, to be present, to listen to their stories, and can feel as they feel.
So let us fervently pray to God to bless our Lenten journey, remembering what God has promised to Noah and all the living creatures, “Aku akan mengingat perjanjianKu dan Aku tidak akan memusnahkan segala yang hidup.”
Tuhan memberkatimu semua. AMIN.
Image credit: Photo by Thanti Riess on Unsplash