ICC Mass Homily 09/20/25: Bendahara Yang Tidak Jujur (The Dishonest Steward)
By Romo Matheus Ro, SVD
Bible readings for the Mass (25th Sunday in Ordinary Time): Amos 8:4-7, 1 Timothy 2:1-8, and Luke 16:1-13
Saudara-saudari yang terkasih,
Baru saja kita mendengar tentang bendahara yang tidak jujur. Dia menggunakan harta tuannya untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Kita lantas bertanya, mengapa Yesus memuji sikap dan tindakan dari orang yang jelas-jelas curang?
Sebenarnya perumpamaan ini bukannya ditujukan untuk membenarkan ketidakjujuran. Sebaliknya Yesus mau menyoroti kecerdikan dan kegesitan bendahara ini dalam menghadapi krisis hidup. Bendahara ini menggunakan kesempatan yang dia miliki termasuk harta tuannya, untuk menjamin masa depannya. Dia membuat relasi persahabatan dengan orang lain yang akan kelak membantu dia di masa depan.
Yesus membandingkan kecerdikan bendahara ini sebagai “anak-anak terang” dalam mengelola hidupnya. Seringkali kita juga menghabiskan pikiran kita untuk fokus pada hal duniawi yang sementara dan lalai menggunakan harta kita (waktu, talenta, kekuatan dan uang) untuk tujuan yang kekal. Kita cenderung hidup dan berjalan dia dua arah yang kontradiktif: Kita menganggap diri sebagai anak-anak terang, tetapi perilaku dan tindakan kita cenderung mengarah kepada kegelapan dosa. Kita ingin mengabdi Tuhan sepenuh hati sebagai orang beriman, tetapi dalam prakteknya kita justru mengabaikan Tuhan untuk aneka kepentingan personal dan duniawi.
Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk berbenah diri dalam tiga hal:
Pertama: Menjadi cerdas dalam mengelola harta kita. Apakah kita menggunakan semuanya itu untuk semata-mata kesenangan pribadi yang sementara, atau kita investasikan untuk menjadikan Tuhan di atas segalanya? Misalkan untuk melayani Tuhan dalam perhatian dan kasih kita kepada sesama yang membutuhkan kita. Jangan sampai kita seperti bendahara licik yang terlena dan baru sadar pada saat yang sudah terlambat.
Kedua: Kita diajak untuk membangun dan menjalin relasi ynag bernilai kekal dengan cara yang benar. Apakah kita menggunakan sumber daya yang ada untuk membantu mendekatkan diri pada Tuhan dan dengan sesama, atau membangun komunitas yang beriman dan menyebarkan kebaikan kasih dan kemurahan Tuhan? Relasi yang kita jalin dengan harta kasih dan kebaikan akan menjadi bekal kita di masa depan.
Ketiga: Perumpamaan Injil hari ini memberi ktia peringatan tegas dan jelas. Pada bagian terakhir dari bacaan Injil, Yesus mengatakan “kamu tidak bisa mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” Kita harus memilih salah satu di jalan hidup beriman. Apakah kita memilih menjadikan kuasa, harta dan talenta sebagai Tuan kita, ataukah kita memilih Allah? Setiap keputusan yang sekecil apapun mencerminkan siapa Tuan yang sesungguhnya dalam hidup kita. Inilah perjuangan kita untuk menjadi anak-anak terang yang cerdik. Semoga kita tidak salah prioritaskan fokus kita dalam pengabdian hidup beriman kita.
Picture credit: “Parable of the Unjust Steward” by A. Mironov. Source = Wikimedia Commons.